Selasa, 15 Februari 2011

“Anugerah mengikuti Sail Banda 2010 (edisi IV: Wakatobi I’m in love)”


Perjuangan untuk mencapai Pulau ini luar biasa teman-teman. Kala itu sedang ada badai, bahkan aku mendapat kabar ada kapal yang tenggelam di Makassar dan ombak di Laut Banda begitu bergolak. Hampir semua barang-barang yang kami taruh di lemari jatuh berhamburan dan banyak sahabat-sahabat kami yang bergelimpangan alias teler karena mabuk laut parah. Aku memutuskan untuk tidur-tiduran sambil ngumpul sama teman-teman di geladak heli, sambil melihat pemandangan dan bagian belakang kapal yang bergoyang ke kiri-kanan-atas-bawah, hahaha.
(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Wakatobi)

Wakatobi adalah sebuah kabupaten yang terletak di Sulawesi Tenggara yang ibukotanya terletak di Wangi-Wangi (tempat dimana rombongan mendarat). Wakatobi juga merupakan nama kawasan taman nasional yang ditetapkan pada tahun 1996, dengan luas keseluruhan 1,39 juta hektare, menyangkut keanekaragaman hayati laut, skala dan kondisi karang yang menempati salah satu posisi prioritas tertinggi dari konservasi laut di Indonesia. Sebenarnya sudah lama aku mengincar pulau ini karena keindahan alamnya. Tapi Thx God akhirnya aku dapat kesempatan juga untuk berkunjung kesana. Walaupun pada saat itu sedang hujan dan pantainya tidak sejernih yang kubayangkan tapi rasa syukur itu tetap mengalir dihatiku JNama Wakatobi sendiri diambil dari (singkatan) 4 pulau di wilayah tersebut, yaitu : Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, Binongko.
Pelabuhan Wangi-wangi

Begitu sampai di Pelabuhan Wangi-Wangi, kami melihat sambutan dari warga setempat, wargapun berbondong-bondong untuk melihat kedatangan kami dan bertamu ke dalam kapal. Kami sudah mempersiapkan bingkisan bagi anak-anak disana, berupa buku dan alat tulis. Kami berfoto-foto dengan anak-anak sekolah yang masuk ke dalam kapal dan bertanya tentang objek wisata yang paling bagus dan terdekat. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke pantai Patuno. Kami menyewa angkot dengan harga ± Rp 100.000. Perjalanan cukup jauh, melewati perkampungan dan perkebunan, suasananya sepi sekali. Dari sisi sebelah kiri kami dapat melihat hamparan pasir putih yang luar biasa.
Aku segera berlari karena tidak sabar untuk bermain air. Banyak rumah-rumah (resort) yang terbuat dari kayu dan akupun numpang ganti baju disana, hehe. Begitu injak pasirnya, nyeeesss lembut banget, pasir terhalus yang pernah aku temukan. Air lautnya sedang surut dan you know what?? Banyak banget biota laut yang kelihatan, diantaranya bintang laut, bulu babi, cacing laut and the gank (karena nggak tau namanya). Aku mencari tempat dimana bisa berenang, tapi sepertinya aku menemukan tempat yang kurang bagus. Dibalik batu karang yang besar aku berenang dengan ombak yang begitu kencang dan terdapat banyak karang-karang kecil dibawahku. Alhasil kakiku luka disana-sini, tapi kalau dibanding sama perasaan senangku semua sakit itu nggak kerasa sama sekali.

Penyu -__-

Setelah selesai berenang kini tiba saatnya untuk bermain pasir, iisss masih kerasa lembutnya warnanya juga beneran putih. Yah seperti biasa aku langsung mencari botol untuk menambah koleksi pasirku, hohoho. Teman-temanku yang iseng menguburku dalam pasir, yasudah kotor-kotor sekalian aku membuat (rencana awal si buat istana pasir) gundukan seperti sarang penyu. Dan mulai dari sana teman-teman memanggilku dengan julukan baru, penyu. Ketika hari mulai gelap kami memutuskan untuk mengakhiri hari kami di pantai Patuno. Ternyata angkot yang tadi kami tumpangi lama sekali datengnya, tapi ada rombongan temanku yang lupa untuk menghubungi abang angkotnya. But Thx God pas setelah aku bilas angkotnya datang. Wah perjalanan pulang kali ini keren abis, perkampungan dan perkebunan yang tadi kami lewati jarang terdapat penerangan dan matahari  terbenam dari sisi kanan (yang semula di kiri) melengkapi hari kami. Sampai di pelabuhan Wangi-wangi terdapat pasar dadakan oleh warga setempat, banyak sekali tukang jualan disana, tapi karena bugdetku sudah tipis yaa langsung masuk kapal aja deh :p


Tips :
-     Teman-teman harus mencharter angkot kalau tidak ingin menunggu lama bahkan pulang dengan berjalan kaki, kecuali kalian memakai mobil pribadi atau kendaraan lainnya. Sebisa mungkin berkenalan dengan warga sekitar dan bertanya atau meminta bantuan untuk menawar harga sewa angkot/kendaraan lain.
-     Bawa makanan/minuman karena (waktu aku) disana tidak ada yang menjual barang-barang itu :p.
-     Jangan lupa untuk memakai alas kaki, terlebih jika sedang surut. Karena banyak bulu babi, aku sendiri memakai sandal gunung/tali agar tidak ribet atau sendalnya putus.

Biaya :
Kembali lagi aku melakukan pengiritan disini, hahaha (karena budget sudah aku pisahkan untuk ditabung). Kira-kira segini deh pengeluarannya :
-     Patungan sewa angkot           = Rp 10.000
-     Jajan                                    = Rp   5.000
                Total                                     = Rp 15.000 (ngakak!)

Dokumentasi lainnya :
(mohon maaf nih temen-temen, aku bersama teman-teman keasikan bermain jadi “lupa” mengabadikan suasana disana, yang ada ya foto-foto narsis kita -_- )
Sambutan dari warga setempat
Anak-anak sedang memancing gurita (kasian banget guritanya)
Pantai Patuno menjelang senja (masih berawan)
Miss you guys :*
Ketemu kerang yang bentuknya aneh (malah terlihat kaya anak ilang)

See you on my next journey
*next posting “Keliling Jawa Tengah dalam waktu 4 hari (edisi I: My little hometown Ambarawa”





Tidak ada komentar:

Posting Komentar