Jumat, 18 Februari 2011

“Keliling Jawa Tengah dalam waktu 4 hari (edisi II: Harmoni kehidupan di Delanggu-Klaten)”

Salah satu impianku adalah mempunyai rumah di pedesaan, dan perjalanan kali ini cukup membuatku merasakan bagaimana kehidupan di desa itu. Delanggu adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Aku mengunjungi tempat ini karena ingin mengunjungi Budheku yang suaminya sedang sakit Stroke. Dulunya beliau bekerja di pabrik karung goni yang ada di Delanggu. Delanggu pada masa itu terkenal sebagai lumbung padi dan terdapat pabrik karung goni, namun karena semakin banyak “saingan” dan bermunculan karung beras plastik yang sepertinya lebih praktis membuat pabrik disana gulung tikar. 
Nyaaammmmyyy :p
Aku dan ibuku menunggu di depan pasar menunggu Budheku datang menjemput. Gerimis pun turun dan membawa lapar dalam perutku (padahal nggak hujan juga lapar terus :p). Segera aku menuju ibu-ibu penjual sate dan memesannya. Sate Jawa namanya, rasanya agak berbeda dengan sate Madura yang banyak dijual di Jabotabek, ketumbar terasa pekat pada bumbu kacangnya. Setelah selesai makan aku sempat iseng mainan lele sama belut yang dijual dekat kios, tidak lama berselang Budhe dan sodaraku (tepatnya keponakan menurut silsilah keluarga, padahal usianya sepantar). 
Ikan lele =_=
Karena Budheku dibonceng naik motor akhirnya aku sama ibuku memilih untuk naik becak. Awalnya aku kira perjalanannya hanya sekitar 100-200m tapi ternyata lumayan juga, dan abang becaknya berasa kaya orang mau melahirkan, ya maklumlah ada dua perempuan singset yang naik becaknya, kakaka. Mendekati rumah Budheku beberapa petak sawah sudah menyambut dan OMG ternyata belakang rumah beliau berbatasan dengan sawah, kalau rumah si Mbah di Bugisan aku harus jalan kaki dulu menuju sawah, kalau yang disini mah tinggal lompat. Begitu sampai suasana haru dimulai, hadeuh paling nggak tahan nih yang beginian T__T. Ternyata mereka sudah menyiapkan makanan khusus untuk kami, walaupun mereka dari keluarga sederhana aku kasih 5 jempol untuk keramah-tamahan dan sambutannya. Horeee!! Menunya ikan lele, salah satu ikan yang menjadi kesukaanku, nyam nyam padahal baru makan sate, tapi aji mumpung boss J.
TKP

Menjelang sore aku mandi dan bingung mau ngapain, karena disana sepi banget, paling bales-balesin komen di FB. Akhirnya kami nonton sinetron dengan TV model lama ditemani dengan suara jangkring (lebih kenceng suara jangrik daripada suara orang). Lama berselang aku tiba-tiba ngantuk dan ketika melihat jam, yaasalaaam baru jam 20.00 WIB, biasa dirumah tidur jam 01.00-02.00 WIB juga, tapi yowes lah bagus malah tidur lebih awal. Pagi harinya aku segera keluar rumah untuk main di sawah ditemani Lidya saudaraku. Pertama ngobrol-ngobrol dan akhirnya aku nggak tahan untuk nyebur ke sawah, dan parahnya sandal si Lidya sampe putus gara-gara ikut-ikutan aku nyebur, maaf yaaa :D. Piyama dan sandalku juga tak luput dari masker lumpur, tapi enak banget berasa jadi orang paling norak disana.
Maem yoooo!!
Aku juga sempat mengobrol dengan para petani yang sedang bekerja di sawah, sehingga mereka mengizinkanku untuk “main” ke sawahnya. Banyak sekali buah dan sayur-sayuran yang di tanam, selain padi ada semangka, ketimun, cabai, kangkung, dsb. Disana sedang musim tanam rupanya. Ternyata dari tengah-tengah sawah aku dapat menyaksikan “wedus gembel” dengan jelas. Serem banget!! Padahal jaraknya cukup jauh. Sampai dirumah langsung di “nyanyiin” sama ibuku dan disuruh mandi, untungnya Budheku stay cool dan membelaku. Setelah selesai sarapan kami semua berkemas untuk mengunjungi rumah adenya Mbahku yang perempuan di dekat Karang Anyar (lupa namanya lagi Z_Z).


Tips :
-     Bangun lebih pagi jika teman-teman ingin melihat matahari terbit dan menyegarkan mata serta pernapasan kalian. Disana jam 05.00 aja udah terang banget.
-     Jangan takut untuk berkotor-kotor ria di sawah, kapan lagi kita merasakan hal sedemikian. Selain itu bercakap-cakap dengan para petani juga dapat menambah ilmu dan mengetahui apa yang mereka rasakan J.

Biaya :
Biaya masih di tanggung sama ibuku nih teman-teman, yang pasti dari transportpun masih sangat terjangkau kog J.

Dokumentasi lainnya :
Isinya beras, yang keserempet bisa mejret :p


Unyu-unya (kakaka)
Wedhus Gembel -_-
Di galangan sawah ada ini (nyamnyam)
Fresh from the factory
Bibit padi sebelum ditanam
Anjingnya setia banget
Sueegeeeeerrrrr
Kursi warisan Mbah Buyut, hohohoh (ada sendalku juga, eksis yaaa)
So sexy!!


See you on my next journey
*next posting “Keliling Jawa Tengah dalam waktu 4 hari (edisi III: My heart cry for Merapi”)

2 komentar:

  1. anjingnya lucu lis :) satenya bkn ngilerrr nyam nyam

    BalasHapus
  2. iyaa aii, disana mkn sate mulu
    sbnrnya ada bnyk anjing, mereka lari-larian disawah gitu :p

    BalasHapus