Senin, 17 Desember 2012

History of A Small Country

Postingan kali ini ditujukan bagi kota tempatku beranjak dewasa yang sekarang sudah berkembang cukup pesat. Depok yang dahulunya mendapat julukan tempat jin buang anak ini menduduki tangga nomer dua di timeline twitterku akan kemacetannya yang dibicarakan banyak orang. Khususnya warga Depok yang bekerja di Jakarta. Tapi kenapa aku memberikan judul posting ini sebagai "History of A Small Country" ya? country kan negara bukan city yang artinya kota? Karena pada masa kejayaannya Depok merupakan negara lho. Ya suatu negara yang dipimpin oleh seorang presiden dan juga pendirinya yang bernama Cornelis Chastelein. Untuk lebih jelasnya dapat disimak disini:http://id.wikipedia.org/wiki/Cornelis_Chastelein

RS Harapan yang dahulunya merupakan gedung pemerintahan
Ada banyak orang dengan berbagai versi yang membahas asal usul kota ini. Namun aku mengangkat salah satunya saja. Materi yang aku bahas juga hanya meliputi area pemerintahan  Cornelis Chastelein di Jalan Pemuda. Mungkin dapat dibilang jalan tersebut hampir sama seperti kawasan Jl. Medan Merdeka atau Menteng. Di Jalan ini terdapat gedung pemerintahan, gereja dan sekolah pastoral. Sampai sekarang bangunan-bangunan ini masih dipertahankan walapun beberapa diantaranya sudah mengalami renovasi bahkan sudah dibongkar dan dialih fungsikan.  
Salah satu rumah yang sering dijadikan tempat shooting
Kawasan lainnya yang masih kental akan sejarahnya meliputi Depok Lama, Perkuburan Belanda di belakang RS Hermina Depok, Jembatan Panus; sungai dibawahnya merupakan jalur yang sering dilewati para saudagar dari Batavia (Jakarta) menuju Pakuan (Bogor). Tidak heran jika di Depok menjadi kota persinggahan bagi para pedagang. Sebagaimana nama kawasan Pondok Cina (bagian dari Depok juga) yang memang dahulunya merupakan tempat tinggal saudagar Cina dan para pedagang dari Jakarta yang tidak diperkenankan memasuki kawasan pemerintahan Cornelis Chastelein. Sebenarnya masih ada daerah-daerah peninggalan sejarah namun banyak yang belum terekspose. Seperti halnya areal perkebunan di daearah Sawangan, Beji dsb yang diwariskan kepada ke-12 suku (keluarga) oleh Cornelis Chastelein, temanku yang bermarga Leander memberi sebutan Oppa Lein untuk beliau. 
GPIB Immanuel gereja pertama di Depok
Aku pribadi menyayangkan kurangnya perhatian dari pemerintah Kota dan sebagian masyarakat akan pentingnya nilai sejarah kota ini. Sebagian besar hanya berfokus pada pembangunan yang menurutku lebih condong ke modernisasi. Depok yang dulu asri dengan deretan pohon-pohon besarnya sekarang sebagian besar sudah ditebang untuk pelebaran jalan. Padahal kalau mau diperhatikan Depok juga mempunyai potensi sebagai daerah tujuan wisata. Seperti topik yang kubahas sekarang menjadi wisata sejarah. Di kesempatan berikutnya akan aku angkat pengalamanku mengunjui Kampung Pohon 99 di daerah Cinere. Selain itu Depok yang dikenal akan penghasil belimbing juga memiliki beberapa danau yang indah, hutan, lahan pertanian, perkebunan bahkan hingga yang modern seperti wisata belanja dan kuliner. Waktu itu aku sempat berbicara dengan seorang bapak yang bekerja di dinas pariwisata kota Depok saat aku berkeinginan untuk magang disana, namun yang kudengar malah beliau menyarankanku untuk magang di Bandung saja, dengan dalih tidak ada kerjaan di kantor itu! OMG kalau mentalnya menunggu pekerjaan yang datang bagaimana mau maju, apalagi kalau yang duduk di pemerintahan kota ya kerjanya menggembangkan dan menemukan hal-hal baru untuk kesejahteraan dan kemajuan bersama. Semoga pembahasan sedikit ini dapat menggelitik hati dan pikiran para generasi muda untuk lebih perhatian pada lingkungan sekitar, terlebih tempat tinggalmu :) Khususnya pemuda-pemudi Depok. Kangen woy, jangan nongkrong aja loe pada!! Haha

Bagaimana cara menuju kawasan ini?
Ada 2 alternative dari terminal Depok. Pertama naik angkot D05 turun di depan jalan Pemuda dan yang kedua naik angkot D06 atau D02 turun di depan RS Hermina.Tarifnya hanya Rp 2.000. Selanjutnya jalan kaki :p

Dokumentasi lainnya:
Sekolah Belanda yang masih bertahan fungsinya menjadi sekolah dasar
Contoh bangunan lain dengan gaya arsitektur era colonial
Gedung Eben Haezer yang dahulunya merupakan tempat pertunjukan dan gedung pertemuan. Sekarang menjadi sekolah
Yayasan Cornelis Chastelein mendirikan sekolah Kasih yang memiliki kurikulum bahasa Belanda. Hmm should try!

See you on my next journey
*next posting "Mengenang Java-Bali overland 2010 Edisi:  Berkelok-kelok, nyasar dan tepar di Karang Kamulyan"

Kamis, 13 Desember 2012

Marine Study around Pelabuhan Ratu - Sukabumi

Untuk menambah nilai guiding  yang kurang aku dan teman - teman kelas travel 2007 diwajibkan untuk mengikuti program guiding  ke Pelabuhan Ratu oleh dosen kesayangan kita, Bapak Boedihartono. Perjalanan ditempuh dari kampus dengan menaiki bus yang sudah disewa untuk 2 hari 1 malam. Kami sudah membagi giliran guiding selama perjalanan. Perkiraan bahwa setiap mahasiswa akan mendapatkan jatah waktu selama 30 menit sepanjang perjalanan sebelum berganti giliran dengan mahasiswa lainnya. Namun naas pada saat itu daerah sepanjang Lido hingga pasar Cibadak padat merayap sehingga materi yang tadinya sudah disiapkan untuk passing sight mendadak buyar. Salah satunya dialami oleh sahabatku Ali Zaenal.Ketika materi guiding yang telah ia siapkan membahas tentang perkebunan pinus yang ada di dekat area tersebut namun bus terjebak kemacetan didepan pasar. Sehingga dalih atau ide pun tidak dapat mengalir, apalagi kami harus guiding  menggunakan bahasa Inggris.
Singkat cerita siang itu ketika sampai di Pelabuhan Ratu kami segera menuju T.P.I (Tempat Pelelangan Ikan) untuk melihat ragam ikan apa saja yang dapat dihasilkan nelayan setempat dan tentu saja untuk membelinya. Aku pun iseng untuk terus berkeliling di sudut - sudut pasar, dan alangkah terkejutnya ketika aku memperhatian seorang penjual sedang menyiram lantai tokonya menggunakan air dari sebuah ember yang diambil dari tepian laut. Tidak ada hal yang aneh kan? Eh tapi tunggu dulu, setelah aku mengintip darimana air itu berasal tiba-tiba bulu kuduk ini merinding karena air yang diambil merupakan air dari tepian laut yang dipenuhi dengan sampah yang mengapung dan beberapa bangkai binatang seperti tikus yang sudah kembung. OMG! Aku menyempatkan diri juga untuk bertanya - tanya pada penjual ikan bagaimana cara untuk membedakan kelamin pada kepiting haha. Jadi kalau kepiting jantan bentuk atau pola pada perutnya akan terlihat seperti segitiga atau kerucut namun pada kepiting betina akan berbentuk oval. Pada saat itu kami semua ditraktir Pak Budi berbelanja seafood. Rp 20.000? Rp 50.000? Rp 100.000? tentu tidak. Jadi berapa donk ditraktirnya? yaitu sekitar Rp 2.000.000!!! Kebayang nggak berapa banyak ikan, cumi dan udang yang kami beli dan bagaimana kami menghabiskannya? Misteri Ilahi wkwkw.
Setelah makan siang kami menuju penginapan yang sudah kami sewa untuk bermalam. Beristirahat sebentar dan merapihkan barang k(ami segera berangkat lagi menuju daerah Cisolok untuk mengunjungi industri rumah tangga pembuatan abon ikan. Walaupun hujan deras turun tidak memadamkan semangat kami (yakin) :p. Si empunya usaha menjelaskan bagaimana pembuatan abon ikan tersebut. Pertama ikan yang kebanyakan berjenis tenggiri diuap dan dikeringkan menggunakan alat - alat sederhana seperti dandang raksasa dan tunggu pemanas dengan kayu bakar. Minyak yang keluar dari proses tersebut dijadikan minyak ikan yang banyak digunakan pada masakan Chinese dan Jepang. Kulit dari ikan tenggiri juga dapat dijadikan kerupuk. Setelah itu daging ikan digiling (dihaluskan) dan diberi bumbu sebelum masuk tahap pengeringan akhir yaitu bisa dengan sangrai (goreng kering tanpa minyak). Pemasaran abon tersebut juga sudah meluas ke luar daerah Sukabumi dan rasa dari abon tersebut juga bermacam-macam. Namun bagi aku yang kurang menggemari ikan rasa abon itu masih cukup amis, ya kalau boleh memilih aku lebih suka abon sapi saja :). 
Tapi salut dengan ide untuk membuat usaha ini. Memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah di daerah tersebut dengan bijak dan tidak berlebihan. Ketika hari mulai sore kami kembali ke penginapan untuk istirahat dan acara bebas. Aku dan sahabat-sahabat berencana mau berenang atau sekedar main di pantai. Namun segera kuurungkan niatanku itu karena menemukan bangkai ayam di bibir pantai yang mungkin dari setadi sudah diombang-ambingkan ombak which is means the water already contain that "thing" particle for sure haha. Akhirnya kami hanya duduk - duduk galau sambil cerita tentang kepatah hatian kami, hais mending deh daripada patah arang. Kami memutuskan untuk kembali ke penginapan ketika hari semakin gelap. Mandi, ganti baju dan memulai BBQ Party di halaman belakang penginapan sampai larut malam.
Keesokan paginya kami masih punya tugas untuk menghabiskan seafood yang masih sisa. Saat itu aku dan Vega Lidya punya jatah sebagai mesin pengeruk alias penghabisan. Setelah kenyang kami segera check out dan melanjutkan perjalanan menuju tempat pembuatan ikan asap dan terasi. Kalau ikan asap sih terbilang normal, hanya dalam jumlah yang banyak ikan tongkol dimasukan ke dalam dandang, diberi garam dan dipanggang diatas bambu yang sebagian sudah menjadi arang, masuk ke dalam dapur tersebut seperti berada dalam sauna dengan essence  tongkol yang amis-amis gimana gitu. Selanjutnya ke tempat pembuatan terasi, well jadi paham waktu masa kecil dulu kalau kaki kotor atau belum mandi suka diejek "bau terasi" karena aseli bau abis. Jadi udang-udang kecil yang sudah ditangkap nelayan akan dijemur dibawah terik matahari dalam jumlah banyak, so  kasarnya di biarkan busuk terus baru diulek rame-rame deh. Tapi  so what deh bikin nasi goreng, sambel atau tumis kalau dikasih terasi lebih enak kan? Hayoo ngaku! :D Selesai dari sana kami melanjutkan perjalanan untuk kembali menuju kampus dan meneruskan praktek guiding  kami OWH NO~. 
Oia hampir lupa sebelum mengunjungi tempat pembuatan ikan asap dan terasi kami menyempatkan diri untuk mengunjungi tempat yang membuatku penasaran, yaitu Pantai Karang Hawu. Kata Hawu berasal dari bahasa Sunda yang berarti kompor. Nama ini diberikan karena pada permukaan karang tersebut terdapat lubang-lubang yang mirip pada kompor untuk jalur masuk sumbu. Di tempat inilah konon katanya Nyai Roro Kidul lompat ke laut. Walaupun aku dan rekan - rekan sempat naik ke petilasannya untuk hanya sekedar melihat - lihat, aku tidak akan memaparkan tentang kisah itu karena bukan porsiku. Selain itu hal yang menarik disini adalah sebuah papan yang tebilang cukup besar menempel pada pos tempat para tukang ojek mangkal. Pasti kalian sudah tidak asing dengan nama yang ada dipapan tersebu. Siapakah? silakan dibaca sendiri ya

Biaya:
Kalau tidak salah sekitar Rp 170.000 apa gratis ya? haha namanya juga program

Tips:
- Kalau udah berkunjung ke tempat-tempat seperti ini banyak-banyakin bertanya untuk menambah pengetahuan dan informasi yang kita miliki
- Menjaga kesehatan dengan memperhatikan lingkungan sekitar, tidak jajan sembarangan atau memaksakan untuk melakukan aktivitas pada tempat yang kurang pas (contoh dalam bacaan adalah ketika aku mengurungkan niat untuk berenang karena melihat bangkai ayam) bukannya have fun  yang ada malah kerepotan lagi kalau sakit atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
- Respect customs even you dont follow :)


 
See you on my next journey
*next posting "History of A Small Country"


Rabu, 12 Desember 2012

Water Trecking di Cisarua - Puncak Bogor

Ini dia trecknya yumm :)
Saat dibangku kuliah aku mendapatkan pelajaran Wisata Alam yang mengharuskan kami semua untuk mengambil kelas di kediaman salah satu dosen kami, Dr. Kho di Cisarua - Puncak. Sesampainnya disana kami saling memperkenalkan diri dan merapihkan barang - barang untuk pembagian kamar. Setelah rapih kami makan siang dengan menu lengkap 4 sehat 5 sempurna, pola makan kami sangat terjaga selama 2 hari ke depan. Rumah beliau sangat asri yang membuat kami kerasan tinggal (ups menginap maksudnya). 
Selesai makan siang kami mengikuti kelas pertama yang membahas tentang ekologi dan penemuan situs wisata, selain itu kami disuguhkan video tentang keindahan negeri ini khususnya alam dan keaneka- ragaman hayatinya. Walaupun sedikit mengantuk dan ada beberapa dari kami yang tertidur akan segera "melek" karena  sang dosenpun kemudian memberikan pertanyaan bergilir. WOW!
Pemandangan di belakang rumah
Setelah kelas pertama selesai kami diberikan waktu untuk istirahat sebelum nanti malam ada kelas lagi. Namun selama dosenku praktek kami dipersilakan menggunakan fasilitas yang ada. Pada saat itu aku dan beberapa orang teman memilih untuk menghabiskan waktu di ruang karoke, kapan lagi karoke gratisan cing rawk! Kelas dimalam hari juga cukup berat karena udara cukup dingin dan mata ini yang sudah tidak bersahabat lagi. Well materi pelajaran kami lebih banyak sharing dan tanya jawab, menurutku lebih efektif dan real sih daripada hanya membahas teori saja. Kelas selesai kami langsung beristirahat dan mempersiapkan tenaga untuk kegiatan besok.
kembali ke habitat haha
Besok paginya kami memulai aktifitas dengan sarapan dan bergegas menuju titik awal water trecking. Dimanakah itu? yap sungai di belakang rumah dosenku yang beliau sudah gunakan selama bertahun - tahun untuk jalur water trecking bagi banyak turis mancanegara. Awesome!! Pada saat itu aku belum mempunyai sendal gunung jadi hanya mengandalkan sepatu karnvas kesanyangan yang licin-licin gimana gitu haha. Awalnya aku berfikiran kalau sungai ini ya seperti sungai kebanyakan yang datar-datar saja, namun ternyata walaupun kecil medan yang ditempuh sangat menantang. Kami harus menaiki batu - batu besar, merambat di tepian yang membuat kakiku memar terpentok batu kali yang superb  besarnya. Selain untuk melatih fisik dan belajar langsung di lapangan kami juga melatih ke kekompakan dan keperdulian dalam kelompok, yang akan sangat berguna saat aku magang. Sepanjang sekian kilometer kami lalui yang paling sering terdengar adalah gelak tawa kami, yah maklum mahasiswa. Dimana saja selalu menyempatkan diri mencari bahan guyonan. Dalih melepas kepenatan belajar di kelas, hais sedap.
Miss you guys xoxo
Ketika sampai di ujung treck (bukan ujung sungai) dengan kaki yang sudah lemas, baju basah dan yang paling utama perut lapar kami disambut tim dosen dan staffnya yang kembali menyediakan menu sehat makan siang yay! Kami dengan rakusnya segera menyantap makan siang itu tanpa sisa. Makan ramai-ramai dikelilingi hutan pinus itu more than just a koprol i bet :p. Kami masih menyempatkan diri untuk mengobrol dengan para dosen dan ditantang untuk melanjutkan tekad mereka dengan menemukan dan mengembangkan situs atau objek pariwisata based on ecological principe. Doakan dan bantu kami ya! Sebelum pulang kami menyempatkan diri dulu untuk berenang di rumah beliau dan berfoto sana berfoto sini. Seperti biasa, wisata tidak harus mahal, wisata bukan berarti tidak belajar dan tidak menjaga, wisata yang sejati ialah mendapatkan pengalaman atau sensasi yang berbeda dengan yang biasa ditemui. Kalau hanya untuk relaksasi ke salon atau tidur sambil membakar aroma terapi juga bisa kan ;) its only my opinion actually, your choice at the end.

Dokumentasi lainnya:

With Rivanti Wihartini, Alamanda Febriana dan Bambang Ariyanto
Don't leave your partner behind :)
Thanks a lot Doc! awe you
Would take you to other place again girl
  
Biaya:
Kalau tidak salah sekitar Rp 300.000-an atau kurang but it's worth it

Tips:
- Selalu kenali medan yang akan ditempuh. Juniorku sampai ada yang kakinya patah karena nekad pakai flat shoes dan ada temanku yang sepatunya hampir hanyut karena pakai yang model selop.
- Pastikan asupan tenaga yang cukup, apalagi yang berhubungan dengan air dan memakan tenaga banyak, sediakan dan konsumsi air secukupnya jangan sampai kehabisan tenaga dan dehidrasi.
- Don't leave your partner behind ya guys, because traveling is also about sharing :)


 
See you on my next journey
*next posting "Marine Study around Pelabuhan Ratu - Sukabumi"
 
 


Rabu, 19 September 2012

Live in di Desa Genikan - Magelang

Rindu akan kesunyian pedesaan akhirnya terpenuhi ketika kembali bertugas sebagai pemandu wisata anak sekolah. Saat itu rute perjalanan menuju kaki gunung Merbabu - Magelang. Tepatnya di desa Genikan. Perjalanan dimulai dengan menjemput rombongan anak sekolah di daerah Pulo Gadung. Kami melintasi jalur pantura menuju Semarang dan dilanjutkan menuju Magelang. 
Malam itu suasana cukup dingin, dikarenakan hujan yang turun cukup lebat dan jalan yang semakin menanjak ke arah pegunungan. Kami harus berhenti untuk melanjutkan perjalanan dengan menggunakan mobil pick up, karena rute yang ditempuh tidak mampu dilewati oleh kendaraan besar sekelas bus. Jalan semakin curam, cahayapun mulai temaram. Aku duduk dipaling belakang terkesima dengan pemangangan kota Magelang saat malam hari. Dari atas bukit lampu - lampu kota terlihat begitu indah. Tidak ada satupun suara selain suara mesin mobil yang menderu - deru dan aroma kopling yang sangat menyengat.
Sesampainya di desa Genikan kami segera berbaris untuk membagi - bagi kelompok dan rumah tinggal. Sementara panitia tinggal dirumah bapak Lurah. Rumahnya cukup modern dengan tetap mempertahankan area dapur yang masih tradisional. Hari pertama aku sempat beberapa kali terbangun akibat penurunan suhu yang drastis sekitar pukul 03.00 dinihari. sleeping bag dan sweater tidak cukup menghangatkanku. 

Pagi harinya kami diajak berkeliling desa dan belajar bercocok tanam. Mata penghasilan utama desa Genikan berasal dari sektor pertanian. Mayoritas yang ditanam disana adalah sayur mayur, diantaranya; brokoli, daun bawang, celedri, wortel, kacang-kacangan, jagung, kentang, dsb. Mereka masih menggunakan kalender jawa. Namun sekarang ini mereka mengeluhkan cuaca yang sudah tidak dapat diprediksi lagi kapan musim penghujan kapan musim kemarau. Menurut mereka tanaman yang menghasilkan uang lebih banyak adalah brokoli. Pada saat itu kelompokku tinggal di rumah Pak Slamet, jadi beliau jugalah yang bertugas menjadi pemandu wisata kami, hehe.

Pak Slamet 
Pada malam harinya kami menonton pertunjukan wayang kulit yang digelar oleh tetua desa. Biasanya pertunjukan ini hanya dilaksanakan bila ada acara khusus, tapi pada waktu kami disana dapat kesempatan yang luar biasa untuk turut menyaksikannya. Konon ada beberapa wayang yang terbuat dari kulit manusia asli. Kalau tidak salah waktu aku melihatnya wayang itu sudah berwarna kehitaman. Tidak diceritakan bagaimana riwayat pembuatannya. Sebelum pementasan wayang, kuncen mempersiapkan sesaji dan membakar menyan tepat tidak jauh dari tempat aku duduk. Asap yang begitu tebal dan aroma yang sangat menyengat membuatku   mundur berapa jarak. Tapi segera terhibur dengan warga yang menyajikan cemilan dan segelas air jahe hangat :). Ketika malam semakin larut banyak diantara siswa yang mulai mengantuk dan memilih untuk kembali ke rumah tinggal. Yang lain tampak bosan, mungkin dikarenakan mereka tidak memahami cerita yang terkandung didalamnya karena menggunakan bahasa Jawa. 
Anak - anak desa Genikan menunjukan tunas wortel
Aku sempat berinteraksi dengan penduduk disana, dari mulai belajar menanam wortel sampai ikut masak di dapur. Mereka dengan sabar mengajariku dengan saling bertukar cerita kehidupan. Sampai saat inipun aku masih ingat keramahan mereka terhadap kaum pendatang. Keesokan harinya kami harus meninggalkan desa itu untuk melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta. Aku sampai terharu ketika masyarakat desa berkumpul dialun - alun dan pengantarkan kami pergi dengan melambaikan tangan dan meneteskan air mata. Oh Dear God, please bless and protect them.

Dokumentasi lainnya:


Biaya:
Hehe sekali lagi it's all free. Namanya juga lagi tugas :p Tips:
- Berkenalan dan ramah terhadap penduduk lokal, bagaimanapun mereka adalah tuan rumah.
- Menghormati adat istiadat yang berlaku didaerah tersebut
- Jangan sungkan untuk bertukar pikiran dengan penduduk setempat karena banyak ilmu yang 
   bisa didapat.

See you on my next journey
*next posting "Water Trecking di Cisarua - Puncak Bogor"

  

Rabu, 04 Juli 2012

Semarak Parade Ogoh - Ogoh Sebelum Hari Raya Nyepi

Halloween night? Festival Obon? Hampir menyerupai, namun yang satu ini disebut Parade Ogoh - Ogoh. Parade Ogoh - Ogoh dilaksanakan satu hari sebelum Hari Raya Nyepi di Bali. Di setiap Banjar (Desa) masyarakatnya terutama masyarakat Hindu Bali saling bahu - membahu guna berpartisipasi dalam perlombaan yang diadakan setiap tahunnya. Ogoh - Ogoh itu sendiri melambangkan raksaksa, mahluk mitologi yang besar dan menakutkan. Sedang menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. (http://id.wikipedia.org/wiki/Ogoh-ogoh/)
Ogoh - ogoh akan diarak - arak keliling kota menuju tempat perlombaan. Pada kesempatan yang lalu dan merupakan pengalaman pertamaku mengalami Hari Raya Nyepi (The Day of Silence) di Bali, aku menyaksikan Ogoh - Ogoh di Jalan Raya Sesetan. Ogoh - Ogoh berdatangan dari arah By Pass Ngurah Rai (Sanur) - Sidakarya dan menuju Lapangan Puputan yang pada saat itu menjadi tempat penjurian. 
Gatot Kaca
Banjar terdekat dari kostanku membuat Ogoh - Ogoh Gatot Kaca melawan raksaksa berwarna merah. Ogoh - Ogoh tersebut dimodifikasi dengan alat pemutar otomatis, sehingga ketika mulai diusung Ogoh - Ogoh tersebut dapat berputar sendiri ditambah semarak lampu yang diletakan pada gadanya. Para pemuda - pemudi dari banjar tersebut juga dengan sigap mengiringi Ogoh - Ogoh. Mereka memaikan alat musik tradisional Bali yang dipadu dengan portable DJ yang sudah disetting pada laptop. Sebelum acara dimulai setiap pemimpin agama di setiap banjar akan membacakan doa. Setelahnya aurapun mulai berubah, well believe it or not aku pribadi merasakan sesuatu yang membuatku merinding. Cerita - cerita mistispun sampai ditelingaku. Dari mulai Ogoh - Ogoh yang dapat bergerak sendiri tanpa mesin sampai seorang turis lokal yang kemasukan roh yang mengisi Ogoh - Ogoh tersebut karena asal memainkannya. 
Keesokan harinya aku, teman dan kakakku menikmati hari tanpa lampu yay! Hanya sesekali kami menyalakan laptop dengan lampu temaram yang sebelumnya kami telah menutup semua jendela dan saluran udara (fentilasi) dengan gorden dan koran. Well kami berusaha menghormati bagi umat Hindu yang sedang menjalankan/merayakan Hari Raya Nyepi. Sampai - sampai bandarapun tidak beroperasi  tidak boleh ada pesawat yang melintas di Bali. WOW! Mau tau rasanya? Ayo silakan datang ke Bali pada moment itu. Kalau tidak salah akan jatuh di bulan Maret lagi. Let's join us!

                                                                                                                          Tips:
Para pemuda pemain musik
- Bagi yang ingin datang ke Bali pada saat Nyepi dengan menggunakan pesawat harus membeli tiket jauh - jauh hari dan tidak bisa di hari H. Karena selain akan sangat mahal pada hari H pun bandara tidak akan beroperasi.
- Teman - teman dapat memeriksa promo yang disediakan hotel pada periode itu. Banyak hotel akan menyediakan paket dan teman - teman tetap dapat menjalankan aktifitas di dalam dilingkungan hotel tersebut.
- Bagi yang ingin menyaksikan parade tersebut harus memastikan bahwa tempat kalian menginap/tinggal berdekatan dengan tempat tujuan kalian. Karena kebanyakan jalan umum akan ditutup dan dijaga pecalang (keamanan masyarakat setempat) dan jika kalian "kesiangan" (keesokan harinya masih berkeliaran) para pecalang tidak akan segan - segan untuk memberikan sangsi kepada kalian :p
- Menikmati acara dengan tertib dan saling menghormati antar budaya dan umat beragama lainnya :)

Dokumentasi lainnya:



























See you on my next journey
*next posting "Live in di Desa Genikan - Magelang"




Sabtu, 23 Juni 2012

Selalu kembali untuk sunset Kuta


Kuta..Kuta..Kuta. Kenapa sih selalu balik lagi kesini? Pantai yang dikenal sebagai "Ancolnya" Bali dikarenakan tidak pernah sepi pengunjung itu merupakan tempat favoriteku untuk menghabiskan waktu luang. Kenapa? Lets see..

Jangan ragukan ketenaran pantai yang satu ini. Dari lagu sampai jadi icon pariwisata Bali. Padahal rata-rata orang Bali atau pendatang yang tinggal di Bali males untuk mengunjunginya. Jalur satu arah ditambah pinggiran jalan yang dijadikan lahan parkir ditambah banyak taksi atau kendaraan yang "sengaja" melambat-lambatkan lajunya membuat kawasan ini rentan macet. Aku disuruh naik taksi mending turun ditengah jalan deh daripada ongkos taksinya melambung tapi nggak beranjak dari tempat. 

Pantai yang ini juga cukup strategis. Deretan penginapan, tempat makan, belanja, club, tempat pijat dsb dapat ditempuh dengan hanya berjalan kaki. Kalau teman - teman yang berniat datang ke Bali dengan budget yang minim dan ingin stay di dekat sini jangan khawatir. Di Gang Poppies (I & II) atau Gang Benesari terdapat banyak losmen dengan harga terjangkau dan tinggal jalan kaki menuju Kuta. 

After sunset
Sebagian besar aktifitas yang dilakukan di Kuta adalah surfing dan bersantai. Untuk yang mau sun bathing bisa sih, tapi aku nggak menyarankan. Soalnya banyak banget pengunjung yang dateng, yang ada malah jadi bahan tontonan dan jadi objek foto LOL. Nanti temen - temen bisa menyaksikan langsung ombak Kuta yang agak berbeda dengan pantai lainnya. Ketika ombak datang mendekati bibir pantai, ombak itu akan terpecah ke berbagai arah. Aku menyebutnya The Dancing Wave. Selain itu sunset Kuta memang juara. Aku dapat menghabiskan waktu dari mulai sebelum sunset sampai tengah malam di pantai ini. Dengan berbekal cemilan KFC atau Mcd yang terletak diseberang pantai. Yang aku nantikan adalah ketika ombak tiba - tiba berhenti datang menjadikan suasana sangat hening ataupun ketika melihat pesawat sedang landing. Tapi tahu nggak seumur - umur aku belum pernah berenang disini. Tadinya kepengen banget tapi karena berbagai faktor termasuk kemarin duduk - duduk dipasir sampai lupa waktu mengakibatkan kaki semua beruntusan. Temenku juga bilang dia nggak pernah mau berenang disana karena gatel. Well kayanya jadi mikir - mikir dulu sekarang ini.

Iseng - iseng
Yang diatas kan baru yang positifnya, nggak adil kalau aku nggak kasih tahu kekurangannya. Ini sih yang berdasarkan aku lihat. Nggak tahan banget ngeliat sampah yang layaknya pasar bertebaran di seluruh bagian pantai. OMG! apalagi melihat pengunjung  yang dengan santainya melempar atau meninggalkan sampah bekas makanan dan minuman mereka. Padahal tersedia tempat sampah di tembok dekat jalan raya. Selain itu para pedagang makanan yang masuk ke dalam pantai turut ambil bagian dalam kasus ini. Sampai para penjaga pantai mengumumkan dengan pengeras suara larangan bagi pedagang untuk masuk. Yang lainnya ketika habis ada upacara atau festival barang - barang yang tersisa dibiarkan saja tergeletak di pantai. Padahal apa susahnya untuk ambil dan buang di tempat sampah? Mungkin teman - teman sudah pernah menonton liputan di televisi kalau Kuta penuh dengan sampah, well it's absolutely true! Mungkin saat ini aku juga nggak bisa ambil bagian banyak mengenai kasus ini selain membuang sampahku sendiri dan memungut yang ada disekitarku. Bagi teman - teman yang sedang membaca tulisan ini dimana pun tolong jangan buang sampah sembarangan khususnya di daerah wisata. Ingat pariwisata juga sumber devisa negara dan kawasan yang kalian nikmati juga keindahannya :). Masih ada lagi ini banyak juga wisatawan yang tidak tahu "tempat". Yang asik pacaran sampai lupa kalau itu tempat umum dan yang suka "minum" sampai lupa kalau itu bukan rumahnya sendiri. For your information sekarang banyak dilakukan razia lho di Kuta jadi hati - hati ya. Buat yang pacaran apalagi dengan membawa budaya Timur, inget masih banyak anak - anak yang berseliweran masa nggak malu ditontonin mereka. Untuk yang suka minum tapi nggak bisa mengontrol diri mendingan minum air putih, cuci kaki, terus tidur. Kasian ngeliatnya. You make yourself even dumber :p. Pernah waktu itu aku sedang menunggu si Andin di depan kamar mandi. Tiba - tiba ada seorang pemuda yang aku perkirakan berumur belasan tahun dan jelas pendatang dari Jawa dengan setengah teler mencoba menggodaku. Oh hello little boy, udah jelas - jelas aku pakai sweater mickey mouse masih dikira aku nunggu seseorang untuk "mengangkutku". Belum pernah disambelin kali dia haha. 

Oia bagi teman - teman yang mau belajar surfing disana juga terdapat sekolah surf dari yang formal sampai non. Coba tanya sama kakak - kakak surfer boynya saja. Yang mana tuh? yang badannya cokelat kemerahan itu lho wohooo~. Tapi untuk tarif aku belum tahu berapanya. So itu sedikit ulasan tentang Kuta, kalau ingin lebih jelasnya ditunggu kedatangannya kesini ya teman - teman. Saat ini juga sedang dalam tahap penyelesaian mall baru di depan pantai - Beach Walk Kuta. Ciamik deh tempatnya tapi siap - siap dompet jadi tipis, maklum world brand semua :)).

Quality time :)
Tips:
- Untuk yang parkir motor harap dibawa/diikat helmnya. Kemarin aku kejadian helmku ditukar.
- Yang mau berenang juga hati - hati karena ombaknya kencang.
- Jangan lupa juga pesan yang tadi ya, jangan buang sampah sembarangan.

Biaya:
Hmmm berapa ya? aku info untuk biaya parkir motor aja ya :p biayanya Rp 1.000 sajaaaa


*Foto - foto yang aku tampilin sunset - sunset aja ya. Foto pantainya disiang hari dapat dilihat di posting sebelumnya :)



See you on my next journey
*next posting "Semarak Parade Ogoh - Ogoh Sebelum Hari Raya Nyepi"

Sesaat di Pantai Dreamland - Pecatu

Kali ini norak banget. Karena aku belum pernah ke yang namanya Dream Land jadi aku mengajak kakakku dengan SEDIKIT memaksa haha. Kalau dari foto-foto yang aku lihat di internet sih kece, ya udah deh cus ah...

Nggak bawa baju ganti = melas
Sebenarnya aku dan si Febby kesorean nih berangkatnya. Kami berangkat sekitar jam 15.00 WITA. Tapi yah apa boleh buat berharap masih dapat menikmati pemandangan. Kebetulan aku tinggal di daerah Denpasar jadi rutenya dari arah Patung Dewa Ruci (patokan yang gede banget) itu masih ke kiri, arah ke Nusa Dua. Ketika sampai di persimpangan belok kanan arah ke Uluwatu. Jalanannya berkelok - kelok dan cukup menanjak. Setelah melewati GWK dan Waterpark teman-teman akan menemukan di sisi sebelah kanan jalan sebuah gerbang dengan patung Wisnu Kencana (dalam ukuran kecil). Jika ditanyai pihak keamanan jujur saja mau ke pantai Dream Land atau New Kuta. Perjalanan kedalam juga cukup jauh tapi tenang saja sesuai kog sama pemandangannya.

Cocok untuk lokasi foto
Begitu sampai kami segera memarkir motor dengan tarif Rp 5.000. Tidak perlu membayar tiket masuk,  hanya uang parkir saja. Suasana pada saat itu cukup ramai karena sedang ada siswa yang sedang berdarmawisata. Kami memilih sudut kanan yang lebih sepi. Sempat kecewa karena langit yang mulai gelap. Tapi yah syukuri saja akhirnya bisa sampai di tempat ini. Banyak bongkahan batu karang yang cukup besar. Di salah satu sudut terdapat seng yang menutupi celah batu. Selidik punya selidik ternyata seng itu memang sengaja diletakan disitu untuk mencegah pasangaan - pasangan yang kurang kerjaan haha  I'm sure you know what I mean :p

Ombak di Dream Land cukup kencang. Terbukti dengan banyak turis asing yang surfing dan adanya penjaga pantai. Dikesempatan berikutnya (kunjungan kedua ke Dream Land) aku dan temanku Andin mencoba untuk berenang - berenang kecil disini. Well sampai pegel karena keseret ombak terus. Dibandingkan Kuta, Dream Land cukup tenang dan sampah - sampah yang bergeletakan lebih sedikit. Pedangan oleh-oleh juga hanya ada beberapa deret saja. Tapi tetep yang namanya ibu - ibu tukat pijat dengan siaga menawarkan jasanya. Yah namanya juga cari makan.

The simplicity of enjoying life
Di Dream Land terdapat fasilitas kamar ganti dan kamar bilas. Tarifnya Rp 10.000/orang. Hmm waktu kunjunganku yang kedua aku kehilangan sepatuku yang sebelah. Setelah keliling - keliling ternyata kelupaan di tempat bilas. Beruntungnya si Mas penjaga tempat itu bertanggung jawab dengan menyimpan sepatuku yang sebelah itu. Padahal suasananya cukup ramai kala itu. Aku juga sempat mengobrol dengan beliau dan beliau merekomendasikan Pantai Padang - Padang untuk dikunjungi (wish gonna make it soon)

Ketika hari mulai gelap kami segera beranjak dari pembaringan kami di pasir, ya mengingat perjalanan pulang kami cukup jauh dan kawasan pecatu ini masih sangat sepi. Aku rekomendasikan deh untuk temen - temen yang ingin bersantai, merenung atau hanya sekedar berbaring di pasir dan mendengarkan musik. Nggak bakalan nemuin kayak gini di Kuta siang - siang atau sore hari :)

Tips:
- Jika ingin pergi ke tempat wisata yang jaraknya cukup jauh, pastikan kalian punya waktu 
  yang cukup, sayang banget kalau hanya sebentar. Apalagi kalian yang datang jauh - jauh.
- Jangan lupa membawa jaket bagi kalian yang mengendarai motor ke area pesisir, anginnya 
  kuenceng
- Berusaha mencari kesempatan untuk mengobrol dengan orang lokal di tempat yang kamu 
  kunjungi. Untuk mendapatkan informasi secara langsung,

Biaya:
Bensin       : Rp 10.000
Parkir        : Rp  5.000
  Total       : Rp 15.000

Dokumentasi lainnya:
Keluarga bahagia :)

haha, anyone?
Pasir merica
Spot yang cocok untuk foto atau sekedar duduk - duduk



See you on my next journey
*next posting "Selalu kembali untuk sunset Kuta"