Selasa, 01 Maret 2011

“Kembali ke alam” (edisi I: Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango sektor Cibodas”)



Bang Ben, Boboy, Apies, Mpo dan Bambang
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGGP) terletak di kawasan wisata Cibodas, Jawa Barat. Ada apa dengan tempat ini? Selama hampir 2 bulan (Juni-Juli 2010) tempat ini menjadi rumah kedua untukku dan beberapa orang sahabat, diantaranya : Bambang, Boboy, Apis, Mpo dan Bang Ben. Pada semester 6 lalu, kami menjadikan TNGGP sebagai tempat magang kami. Bermodal ketertarikan dengan “wisata alam” dan rasa penasaran bercampur dengan nekat membulatkan niatan kami, khususnya aku secara pribadi. Beberapa kisah sampai ke yang mistis-mistis telah kudengar dari senior-seniorku yang pernah magang disana. Tapi cuek aja lah, aku men-challenge diriku sendiri. Setelah menempuh perjuangan untuk memenuhi syarat-syarat magang, kami pun mempersiapkan diri untuk terjun ke lokasi. Sebenarnya kami di tempatkan di 3 kawasan TNGGP, pertama di Cibodas lalu Selabintana-Sukabumi dan Bodogol (Lido). Namun untuk memudahkan aku bagi dalam 3 kategori sesuai daerah saja. Aku mendapat pinjaman tas gunung dari kakakku, kira-kira kapasitas 60/70 liter. Aku isi dengan pakaian (tidak lupa baju hangat), celana training, kantung tidur (sleeping bag), sandal gunung, peralatan mandi beserta lotion serangga, kaus kaki, logistik berupa : mie instan, bubur, sereal siap saji, dan susu. Aku, Bambang, Mpo dan Bang Ben janjian di Stasiun Kereta Bogor, sedangkan Apies dan Boboy naik motor kesana. Dari Stasiun kami menuji Terminal bis Baranang Siang dengan angkot warna hijau (tariff Rp. 2.000) dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan mobil elf berwarna putih (tariff Rp. 15.000) jurusan Bogor-Cianjur. Thx God aku memilih untuk duduk disamping supir, walaupun duduknya ber-4. Tapi itu lebih baik dibanding dempet-dempetan parah di belakang. Ditambah ada tas “segede orang” yang aku bawa :p. Sepanjang perjalanan aku terkantuk-kantuk dan sempat tertidur. Begitu sampai di Cipanas aku sudah stand by. Kami turun tepat dipertigaan Cibodas, yang ada plank iklan besar, pada waktu itu sih yang gambar kuda nil (kalo nggak salah). Kami segera melanjutkan perjalanan dengan angkot warna kuning (tariff Rp. 2.000) langsung masuk kawasan.
Suasana rumah di malam hari


Setibanya disana kami langsung menuju rumah kedua kami dan membersihkannya. Singkat cerita kami berkenalan dengan sukarelawan disana dengan wadah yang bernama MONTANA, yang aku kenal ada Mang Ukai, Dilau, Aconk, Joni, Bang Wendi, Bang Cole, A’ Bowo, Bang Benito, dll (mohon maaf yang belum kesebut bingung mau nulisnya dan ada yang aku lupa namanya juga, tapi mukanya masih inget :p). Menjelang tidur, kami yang tadinya sudah menentukan kamar masing-masing berubah pikiran, karena dinginnya luar biasa dan kami hanya punya 1 alas karpet dan 1 terpal plastik. Akhirnya kami memutuskan untuk tidur gaya ikan pindang di ruang tengah, dengan pintu kaca yang tanpa penutup, jadi kita bisa melihat keluar dan sebaliknya. Malam itu si Apies yang kebagian tidur dekat pintu J.
ngopi, ngeteh di pinggir air terjun, wueenaaak!


Besok kami sudah mengatur jadwal sama Bang Eko dan Joni untuk diajak berkeliling dan mempelajari kawasan. Berhubung aku menaruh peminatan pada divisi pemanduan aku harus belajar ekstra nih. Kami memulai perjalanan lewat jalur Ciwalen yang berada tepat di belakang rumah kami, yang sebenarnya adalah bekas kantor. Kami sempat ngobrol-ngobrol sambil minum kopi di air terjun Ciwalen, dinamakan demikian karena banyak pohon Waleni yang tumbuh disana. Oia getah pada buah Waleni dapat dimanfaatkan sebagai obat sakit gigi. Disana aku melihat ada beberapa kupu-kupu warna hijau tua dengan cahaya neon menempel pada dinding air terjun, keren abis!
Rawa Gayonggong (tepat dibawah sini jalur macannya)


Perjalanan dilanjutkan menuju kawasan air terjun Cibeureum, disana terdapat 3 buah air terjun yaitu (dari paling kiri ke kanan) : Cikundul, Cidendeng, dan Cibeureum. Sebelum kesana kita melewati Telaga Biru (sebuah danau kecil yang airnya bisa berubah-ubah warna. Hijau, biru tosca dan cokelat), Rawa Gayonggong yang dibangun jembatan kayu karena selain ditumbuhi tumbuh-tumbuhan dan berair, rawa tersebut merupakan jalur lintasan macal tutul (Panthera Pardus Melas) salah satu satwa yang dilindungi disini, Shelter Panyancangan (yang dulunya dikatakan sebagai tempat menaruh kuda) baru deh kita menjumpai 3 air terjun tersebut. Disini aku mendapat bonus untuk mengunjungi gua lalai (Gua kelelawar) tapi aku mohon maaf tidak bisa member tahu dimana lokasinya, karena tempat itu sangat dijaga agar tidak rusak.
Roger!
Disana pekerjaanku sebenarnya bisa 24 jam, karena selain jadi asisten interpreter (guide khusus), aku membantu juga menjual tiket dan menjaga pos di malam hari kalau ada pendaki yang turun atau naik. Selama disana aku berkesempatan untuk menemani wisatawan dari Inggris 2 orang, mereka adalah anggota dari pecinta burung internasional. Tujuan mereka kesana adalah untuk pengamatan burung, dan wow keren abis, mereka membawa teropong, kamera khusus dan alat pemanggil burung, serta buku tentang burung di Jawa, Sumatra dan Kalimantan dan hampir semua sudah mereka temui (minder mode on). Lalu aku juga berkenalan dengan 3 orang wisatawan tepatnya backpacker dari Cheko (Ian, Pavina dan lupa satu lagi, abis namanya susah :p). Kita saling tukeran barang dan alamat e-mail.
Tips :
-     Jangan memakai minyak wangi berlebihan khususnya aroma bunga dan buah jika memasuki kawasan, karena dapat memikat lebah dan serangga lainnya.
-     Karena disana area konservasi jangan buang sampah sembarangan, jangan membawa alat musik atau membawa speaker (karena dapat mengganggu binatang disana), jangan memetik atau membawa apapun dari sana kecuali kenangan dan foto.
-     Pakailah sepatu atau sandal gunung kalau tidak mau terpeleset (cidera lainnya) atau terhindar dari “serangan” pacet.
-     Pakailah pakaian kasual dan jangan berlebihan atau kekurangan bahan.
-     Patuhilah aturan yang berlaku disana. Jangan pernah melakukan vandalism! Atau kena akibatnya sendiri.
-     Kondisi fisik harus fit, karena perjalanan (sampai ke Cibeureum kira2 2,8 km) menaiki tangga-tangga yang tersusun dari batu-batu kali.
-     Kawasan Cibereum hanya buka sampai jam 15.00 WIB (atau bahkan kurang) karena mempertimbangkan situasi disana. Jangan nekat karena well kita berada di alam bebas, kecuali teman-teman memang mempersiapkan untuk hiking. Pikirkan tentang cuaca, kalau sudah sore kabut akan turun dan mengganggu jarak pandang, belum lagi kalau hujan.



Biaya :

Karena disana aku lumayan lama mungkin aku hanya memberikan gambaran biayanya saja kalau teman-teman ingin kesana, tapi ini khusus untuk yang mengunjungi air terjun saja, karena kalau ingin ke Puncak Gede/Pangrango ada administrasi dan kebutuhan lain yang harus dipersiapkan.
-     Kereta ke Bogor dari Citayem = Rp   1.500
-     Angkot ke Baranang Siang             = Rp           2.000
-     Elf ke Cibodas                               = Rp 15.000
-     Angkot masuk kawasan                 = Rp   2.000
-     Tiket air terjun                              = Rp   3.000
           Total (sekali jalan diluar makan)     = Rp 23.500 J

Dokumentasi lainnya :
Penunjuk jarak dalam hektometer, 28 hm =2,8 km
Bahasa Sundanya sih Bubukuan, bunga ini hanya mekar 7-8 thn sekali, beruntungnya kesana pas lagi mekar :)
Teropong milik om dan tante bule :D
Katanya sih ini bunglon, tapi kocak banget cara jalannya, aku ikutin aja, eh pas mau difoto dia malah diem aja (ngapa narsis!)
Katak dengan muka kotak (belum tau namanya apa)
Ragam jamur

Lama-lama jadi Tarzan :p
Telaga biru, waktu itu sedang surut jadi bisa turun ke bawah (hati-hati tanahnya lembek :p)
Bersih-bersih :D
Teman-teman MONTANA sedang menyiapkan peralatan outbond untuk karyawan BI
Ngepose di depan air terjun Cidendeng (air terjun yang di tengah)
Pagi, siang, sore malem, HAJAR BLEH! (aku mendapat julukan baru nih : Queen of Gaplek)
Klo duit dan logistik menipis jamurpun jadi berasa daging :B
Pohon Rasamala (Altingi Exelsa) yang dapat tumbuh sampai 60m
@ Cafe Rawa Gayonggong, hahaha
Air terjun Cikundul, wueeenaaaaak!!


See you on my next journey

*next posting “Kembali ke alam” (edisi II: Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango sektor Pondok Halimun-Selabintana)

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar