Kamis, 13 Desember 2012

Marine Study around Pelabuhan Ratu - Sukabumi

Untuk menambah nilai guiding  yang kurang aku dan teman - teman kelas travel 2007 diwajibkan untuk mengikuti program guiding  ke Pelabuhan Ratu oleh dosen kesayangan kita, Bapak Boedihartono. Perjalanan ditempuh dari kampus dengan menaiki bus yang sudah disewa untuk 2 hari 1 malam. Kami sudah membagi giliran guiding selama perjalanan. Perkiraan bahwa setiap mahasiswa akan mendapatkan jatah waktu selama 30 menit sepanjang perjalanan sebelum berganti giliran dengan mahasiswa lainnya. Namun naas pada saat itu daerah sepanjang Lido hingga pasar Cibadak padat merayap sehingga materi yang tadinya sudah disiapkan untuk passing sight mendadak buyar. Salah satunya dialami oleh sahabatku Ali Zaenal.Ketika materi guiding yang telah ia siapkan membahas tentang perkebunan pinus yang ada di dekat area tersebut namun bus terjebak kemacetan didepan pasar. Sehingga dalih atau ide pun tidak dapat mengalir, apalagi kami harus guiding  menggunakan bahasa Inggris.
Singkat cerita siang itu ketika sampai di Pelabuhan Ratu kami segera menuju T.P.I (Tempat Pelelangan Ikan) untuk melihat ragam ikan apa saja yang dapat dihasilkan nelayan setempat dan tentu saja untuk membelinya. Aku pun iseng untuk terus berkeliling di sudut - sudut pasar, dan alangkah terkejutnya ketika aku memperhatian seorang penjual sedang menyiram lantai tokonya menggunakan air dari sebuah ember yang diambil dari tepian laut. Tidak ada hal yang aneh kan? Eh tapi tunggu dulu, setelah aku mengintip darimana air itu berasal tiba-tiba bulu kuduk ini merinding karena air yang diambil merupakan air dari tepian laut yang dipenuhi dengan sampah yang mengapung dan beberapa bangkai binatang seperti tikus yang sudah kembung. OMG! Aku menyempatkan diri juga untuk bertanya - tanya pada penjual ikan bagaimana cara untuk membedakan kelamin pada kepiting haha. Jadi kalau kepiting jantan bentuk atau pola pada perutnya akan terlihat seperti segitiga atau kerucut namun pada kepiting betina akan berbentuk oval. Pada saat itu kami semua ditraktir Pak Budi berbelanja seafood. Rp 20.000? Rp 50.000? Rp 100.000? tentu tidak. Jadi berapa donk ditraktirnya? yaitu sekitar Rp 2.000.000!!! Kebayang nggak berapa banyak ikan, cumi dan udang yang kami beli dan bagaimana kami menghabiskannya? Misteri Ilahi wkwkw.
Setelah makan siang kami menuju penginapan yang sudah kami sewa untuk bermalam. Beristirahat sebentar dan merapihkan barang k(ami segera berangkat lagi menuju daerah Cisolok untuk mengunjungi industri rumah tangga pembuatan abon ikan. Walaupun hujan deras turun tidak memadamkan semangat kami (yakin) :p. Si empunya usaha menjelaskan bagaimana pembuatan abon ikan tersebut. Pertama ikan yang kebanyakan berjenis tenggiri diuap dan dikeringkan menggunakan alat - alat sederhana seperti dandang raksasa dan tunggu pemanas dengan kayu bakar. Minyak yang keluar dari proses tersebut dijadikan minyak ikan yang banyak digunakan pada masakan Chinese dan Jepang. Kulit dari ikan tenggiri juga dapat dijadikan kerupuk. Setelah itu daging ikan digiling (dihaluskan) dan diberi bumbu sebelum masuk tahap pengeringan akhir yaitu bisa dengan sangrai (goreng kering tanpa minyak). Pemasaran abon tersebut juga sudah meluas ke luar daerah Sukabumi dan rasa dari abon tersebut juga bermacam-macam. Namun bagi aku yang kurang menggemari ikan rasa abon itu masih cukup amis, ya kalau boleh memilih aku lebih suka abon sapi saja :). 
Tapi salut dengan ide untuk membuat usaha ini. Memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah di daerah tersebut dengan bijak dan tidak berlebihan. Ketika hari mulai sore kami kembali ke penginapan untuk istirahat dan acara bebas. Aku dan sahabat-sahabat berencana mau berenang atau sekedar main di pantai. Namun segera kuurungkan niatanku itu karena menemukan bangkai ayam di bibir pantai yang mungkin dari setadi sudah diombang-ambingkan ombak which is means the water already contain that "thing" particle for sure haha. Akhirnya kami hanya duduk - duduk galau sambil cerita tentang kepatah hatian kami, hais mending deh daripada patah arang. Kami memutuskan untuk kembali ke penginapan ketika hari semakin gelap. Mandi, ganti baju dan memulai BBQ Party di halaman belakang penginapan sampai larut malam.
Keesokan paginya kami masih punya tugas untuk menghabiskan seafood yang masih sisa. Saat itu aku dan Vega Lidya punya jatah sebagai mesin pengeruk alias penghabisan. Setelah kenyang kami segera check out dan melanjutkan perjalanan menuju tempat pembuatan ikan asap dan terasi. Kalau ikan asap sih terbilang normal, hanya dalam jumlah yang banyak ikan tongkol dimasukan ke dalam dandang, diberi garam dan dipanggang diatas bambu yang sebagian sudah menjadi arang, masuk ke dalam dapur tersebut seperti berada dalam sauna dengan essence  tongkol yang amis-amis gimana gitu. Selanjutnya ke tempat pembuatan terasi, well jadi paham waktu masa kecil dulu kalau kaki kotor atau belum mandi suka diejek "bau terasi" karena aseli bau abis. Jadi udang-udang kecil yang sudah ditangkap nelayan akan dijemur dibawah terik matahari dalam jumlah banyak, so  kasarnya di biarkan busuk terus baru diulek rame-rame deh. Tapi  so what deh bikin nasi goreng, sambel atau tumis kalau dikasih terasi lebih enak kan? Hayoo ngaku! :D Selesai dari sana kami melanjutkan perjalanan untuk kembali menuju kampus dan meneruskan praktek guiding  kami OWH NO~. 
Oia hampir lupa sebelum mengunjungi tempat pembuatan ikan asap dan terasi kami menyempatkan diri untuk mengunjungi tempat yang membuatku penasaran, yaitu Pantai Karang Hawu. Kata Hawu berasal dari bahasa Sunda yang berarti kompor. Nama ini diberikan karena pada permukaan karang tersebut terdapat lubang-lubang yang mirip pada kompor untuk jalur masuk sumbu. Di tempat inilah konon katanya Nyai Roro Kidul lompat ke laut. Walaupun aku dan rekan - rekan sempat naik ke petilasannya untuk hanya sekedar melihat - lihat, aku tidak akan memaparkan tentang kisah itu karena bukan porsiku. Selain itu hal yang menarik disini adalah sebuah papan yang tebilang cukup besar menempel pada pos tempat para tukang ojek mangkal. Pasti kalian sudah tidak asing dengan nama yang ada dipapan tersebu. Siapakah? silakan dibaca sendiri ya

Biaya:
Kalau tidak salah sekitar Rp 170.000 apa gratis ya? haha namanya juga program

Tips:
- Kalau udah berkunjung ke tempat-tempat seperti ini banyak-banyakin bertanya untuk menambah pengetahuan dan informasi yang kita miliki
- Menjaga kesehatan dengan memperhatikan lingkungan sekitar, tidak jajan sembarangan atau memaksakan untuk melakukan aktivitas pada tempat yang kurang pas (contoh dalam bacaan adalah ketika aku mengurungkan niat untuk berenang karena melihat bangkai ayam) bukannya have fun  yang ada malah kerepotan lagi kalau sakit atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
- Respect customs even you dont follow :)


 
See you on my next journey
*next posting "History of A Small Country"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar