Rabu, 14 Desember 2011

Unforgettable Karimun Jawa (Day I)

Sepaadaaa teman-teman!! Akhirnya aku kembali berpetualang. Petualangan yang sekarang tentunya nggak kalah seru dari yang sebelum-sebelumnya dan merupakan pengalaman baru buatku. Yuhuu…Camping di pulau (pinggir pantai tepatnya). Dari uang yang super sangat minim, peralatan “perang” pinjaman, tergeletak di lantai kapal,  tenaga yang sampai titik darah penghabisan, uji nyali, belajar mandiri, sampai nggak mandi 3 hari, hahaha. Dimanakah tempat yang sangat membuatku terpesona sampai sebegitunya pengorbanan yang kuberikan?? Yess!! KEPULAUAN KARIMUN JAWA~ mau tau cerita selengkapnya? Let’s pack your bags
 
Abis "gelap" terbitlah "terang"
Singkat cerita perjalanan aku mulai dengan menaiki kereta Ekonomi pertama menuju Stasiun Cikini untuk janjian dengan seniorku di kampus, Ka Ira. Dari sana kami melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Senen dengan menggunakan bajaj. Sampai di Senen kami segera naik kereta bisnis jurusan Senen-Tawang, yang harga tiketnya Rp 125.000. Beberapa hari sebelumnya ka Ira sudah membeli tiket agar kita mendapat tempat duduk, ya pada waktu itu cukup padat karena ada hari libur Nasional. Perjalanan menuju Semarang ± 8 jam. Begitu sampai si Primus (saudara seperjuanganku pada event Sail Banda 2010) dengan setia menjemput kami. Rumah si Primus yang terletak di daerah Tlaga Sari menjadi basecamp kami. 


Sore itu kami ditraktir si Primus makan siang dan kami segera meluncur ke markasnya WAPEALA UNDIP (mahasisWA PEcinta ALAm UNiversitas DIPonegoro). Kami berkenalan dengan beberapa sahabatnya si Primus disana. Kami dijamu dengan sangat apik dan dengan baik hati juga mereka mau meminjamkan kami alat-alat camping dan snorkeling serta mengajak kami lain waktu untuk berpetualang bersama (bahkan rafting dan naik ke Kilimanjaro, waaaa~). Tidak lama berselang kami ke Rumah Primus untuk berkenalan dengan orang rumahnya, istirah++at dan menyiapkan peralatan. Kami juga patungan untuk membeli logistik selama kami di pulau #saaahh. Kesempatan ini juga tidak aku lewatkan begitu saja. Teman-teman Sail Bandaku yang berdomisi di Semarang dan sekitarnya datang mengunjungiku waaalaah makasihhh yaah, xoxo. Ternyata karena 1 dan lain hal untuk menyiapkan barang-barang menyita waktu kami sampai hampir jam 1 pagi, padahal aku juga belum istirahat dan harus bangun jam 4 pagi (oh indahnya :p). Begitu selesai makan aku langsung mati rasa di kasur, kayanya badan udah nggak bisa digerakin lagi cckckkc.
Koki Ira  

Beberapa jam kemudian sekitar jam 4 pagi kami bangun dan segera bersiap-siap. Tenda yang semalam kami cuci dilipat dan dimasukan kedalam tas. Aku tampil prima dengan hanya cuci muka dan gosok gigi :D. Ternyata Greta adiknya si Primus dengan baik hati mau mengantarkan kami ke Pelabuhan Kartini, Jepara. Setelah berpamitan dengan ibunda Primus dan menjemput temannya Greta kami segera meluncur, tau nggak bagasi mobil sampe ceper ga­ra-gara keberatan tas yang gedenya pada segede kulkas, hahaha. Sepanjang perjalanan kami mendengar dan menyanyikan lagu Souljah sambil melihat matahari terbit. Wohooo~ what a great day. Sekitar jam setengah 9 pagi kami sampai di Pelabuhan Kartini-Jepara. Karena tadi kami belum sarapan akhirnya kami menuju warung makan yang ada dengan sebelumnya mengucapkan terima kasih kepada Greta. Selesai makan kami langsung berjalan mantap menuju KM Muria yang akan membawa kami menyebrangi Laut Jawa. Yang kalau di peta Kepulauan Karimun Jawa tidak begitu jauh namun cukup memakan waktu tempuh 8 jam J. Kapalnya lebih kecil bila dibanding ferry penyebrangan ke Sumatera atau Bali. Aku mulai nggak sabar menunggu kapalnya berangkat. 


Kecil-kecil cabe rawit nih
Dan akhirnya jalan jugaa sekitar jam setengah 10. Karena aku masih ngantuk aku tidur-tidur ayam deh dan asli ternyata aku masuk angina, karena semalem masih keluyuran di Semarang naik motor untuk mencari logistik. Saat itu latihan selama Sail Banda alias hidup diatas kapal seakan terlupakan. Aku terus buang-buang angina dari mulut (ups untung bukan dari p**** :p). Akhirnya kami memutuskan untuk naik ke Anjungan (astaga kangen amet sama kapal MKS 590). Kami berjemur (halah) sambil ngobrol dan mendengarkan musik sebelum Teddy datang. Teddy adalah kenalan kami yang merupakan turis asing dari Bulgaria. Dia adalah seorang pendaki gunung yang datang ber2 pacarnya. Wedeh Mau keliling Jawa buat naik gunung nih mereka. Kami sempat berbincang-bincang sampai akhirnya si Teddy nggak kuat sama guncangan ombak yang lumayan besar, maklum biasa di gunung dia :D. Terik matahari tambah membuat kepalaku pening #logatsipoltak. Akhirnya aku udah masa bodo dan tiduran didepan ruang nahkoda disamping mas-mas yang pada tidur juga, hahaha. But Thanks God ka Ira mengajakku ke samping kanan kapal yang lebih teduh dan lebih private (yah better laah). Aku langsung nyalain musik instrumental dan berlayar ke Pulau Kapuk alias Molor.
This's LIFE!
Waktupun berlalu dan secercah harapan pun muncul. Tiba-tiba klakson kapal dibunyikan, tanda sebentar lagi kapal akan bersandar. Aku terbangun ketika banyak orang yang lewat melangkahiku, secara tiduran di lantai. Kami segera bergegas nggak sabar ingin menginjakan kaki di Pulau itu. Begitu pintu deck dibuka kami langsung ngacir keluar. Berlari-lari kecil sambil mengeluarkan kamera dan berpose di depan gerbang selamat datang. Sesudah itu ketika melihat rombongan wisata dijemput dengan kendaraan, munculah pertanyaan “kita mau kemana ya?” hahhaha! Akhirnya modal nekad kami terus berjalan, sambil memikirkan mau tidur (baca : camping) dimana. Sampai berkeinginan untuk tidur di lapangan bola di depan kelurahan. Singkat cerita ada seorang bapak pengayuh becak menghampiri kami untuk menawarkan jasanya menyebrangkan kami ke pulau seberang (Pulau Menjangan Besar). Tapi kog aku mencium aroma-aroma kelicikan yah (emang ada baunya?). Setelah gelagatnya semakin nggak enak , kami bersyukur bertemu dengan Pak Anto (local guide sekaligus pengusaha wisata disana) yang berniat membantu kami. Beliau menyebrangkan kami dengan GERATIS ke Menjangan Besar dan membawa kami tour dikemudian hari dengan harga terjangkau! Thanks God! Masalahnya di dompet hanya tersisa beberapa lembar uang saja T_T. 
Muka kena badai
Kami tiba di Mejangan Besar beberapa saat sebelum Magrib. Segera kami menata “rumah” kami. Aku membantu primus memasang tenda dan ka ira mulai masak. Beberapa saat kemudian berhembuslah angin (yang menurutku) rada asing. Tiba-tiba aku ngerasain cemas gitu. Dan sekonyong-konyong tenda kami copot dari pasaknya dan terhempas ke belakang pondok. Akhirnya kami memutuskan untuk tidur di dalam pondok dengan menutupi celah dengan tenda kami, agar tidak kedinginan. Untuk menyalakan trangia aja butuh 3 orang. Karna anginnya super dupper kuenceng. Persediaan air tawar yang kami bawa hanya 2 liter. Jadi kami prioritaskan untuk minum saja. Susah payah akhirnya masakan jadi (maacih mama ira). Kami makan dengan lahap, walaupun dengan menu sederhana dan nasi yang legit-legit gimana gitu. Setelahnya kami mengurungkan niat untuk membuat api unggun, takut kalau apinya terbawa angin dan mengakibatkan kebakaran. Kamipun harus berusaha sekuat pikiran dan tenaga untuk menyalakan lampu badai (ini nama harus diganti selama disana “lampu kena badai” :p).
Rumah selama 3 hari kedepan
Malampun tiba. Cahaya bulan dan bintang menyinari kami ditengah gelapnya Menjangan Besar. Aku menyalakan Playlist di Hp untuk mengusir sepi. Dari becandaan yang hanya “orang2 tertentu” aja yang ngerti sampai akhirnya bercerita tentang kehidupan! Asli nggak bohong sampe sesi nangis2 nggak karuan (indahnya). Ketika badan terasa lelah dan mata mulai sulit untuk dibuka, kami memutuskan untuk tidur. For your information anginnya makin kenceng lho pemirsa. Aku tuh sebenernya orang yang termasuk sensitive kalo tidur, ada suara aja masih bisa denger, yah ibarat kata tidur-tidur ayam. 
Hallo nama aku Primus
Nah mulai hening aku mulai mendengar kejanggalan nih (Boo ini agak horror sepertinya, siap2 yah dan pastikan kamu nggak sendirian bacanya, padahal nulis ini juga lagi sendirian #curcol). Pertama aku denger suara anak ayam apa burung gitu dibelakangku, terus pindah ke samping, terus nggak lama pindah lagi kedepan. Aku langsung spontan nanya sama ka ira en primus klo mereka juga denger apa nggak. Ka ira bilang nggak denger tapi si primus bilang dia juga denger. Tiba-tiba tenda yang kami pasang dicelah-celah pondok terlepas dan angin masuk kencang sekali. Aku segera bangun untuk membetulkannya. Karena saat itu gelap sekali aku mencoba untuk mencari headlampku terlebih dahulu, tapi nggak ketemu. Padahal tadi ku taruh dibelakang kepala, yah mungkin terselip atau karena gelap nggak kelihatan. Akhirnya si primus yang pegang senter maju duluan sementara aku masih sibuk nyari headlamp dan ka ira masih tidur-tiduran. Sepersekian detik setelah primus berdiri dan membuka tenda dia berteriak dan langsung jatuh ke lantai kayu dan menarik selimut yang menutupi badan ka ira (aseli masih merinding inget kejadian itu) dan HENING! Sontak aku yang lagi membungkuk nyari barang langsung tiarap. Pikiran pertama yang terbesit adalah ada maling didepan pondok. Doh! Ini badan langsung dingin seluruhnya. Karna aku pikir Cuma ada 2 cewe en 1 cowo disini dan itu gelap banget, mana barang-barang berceceran lagi. Aku langsung keinget dompet sama kamera dan hp yang masih nyala muter lagu instrumental.
Kapal oleng captain
 Aku sama ka ira sambil gandengan tangan (apa coba! Wkwkwk) sambil terus berdoa. Kita langsung ngobrol (baca : kode) pake bahasa inggris, takutnya itu penduduk local (ngarep mereka nggak ngerti :p). Tapi kembali aku ngerasain hal yang janggal lagi, karena klo emang itu maling kenapa lama banget nggak nyergap kita. Aku emang dengan ada deratan lantai kayu seperti ada yang sedang melangkah masuk dan semakin dekat. Aku denger tas kami ada yang buka-buka dan aku denger seperti ada yang menaruh kelereng di trangia dan terus memutar2 kelereng itu (suara ini cukup lama), dan yang paling aneh aku ngerasa ada seuntai kain diatas tumitku, padahal aku memakai celana sebatas lutut dan selimut diambil si primus. Jujur aku takut tapi aku udah nggak tahan lagi nahannya. Akhirnya aku ngajak ka ira untuk bangun sedangkan si primus sama sekali nggak ada suaranya. Aku pikir dia pingsan. Dengan modal doa, keberanian alias nekad, kami berdua berdiri dan langsung menyalakan senter. AND YOU KNOW WHAT!!! Nggak ada apa-apa, bahkan kami sampai keluar pondok memeriksa. Dan yang lebih aneh lagi, kami baru ingat bagaimana ada orang bisa masuk kedalam tanpa menimbulkan suara. Karena kami sudah mengganjal pintu dengan asbes dan tas si primus dan ketika itu masih tersusun rapih.  
Kami memutuskan untuk tetap berjaga sampai sekitar pukul 02.00 dinihari. Well aku nggak bisa tidur, masih terus tidur-tidur ayam sekalian berjaga-jaga. Sampai akhirnya fajar menyingsing dan datanglah pagi. Pagi itu kuawali dengan berdoa dan segera bersnorkeling ria! Astaga di bibir pantai aja ikannya segambreng apalagi ditengah?? Upps ikuti terus petualangan kami di episode Day II yaaah (nggak cukup soalnya kalo digabung) muahmuah!


Tips :
·    Check kelengkapan peralatan jika ingin camping, pelajari tentang lokasi dulu
·    Bawa logistic yang disesuaikan dengan kebutuhan
·    Harus belajar berani dan keluar dari zona nyaman (yang manja2 nggak idup deh :p)
·    Berbagai dan saling jaga antar team 

Untuk biaya akan aku total aja diakhir artikel (episode) yah

 Dokumentasi lain :
Hanya beberapa langkah dari tempat kami tinggal
Kasiaan dia kesepian, anyone?
Siap-siap nyemplung (baca : mandi)
 
See you on my next journey
*next posting “Unforgettable Karimun Jawa Day II”