Jumat, 06 Mei 2011

“Lampung as my very first time in Sumatra :)”


Kesempatan kali ini sudah kutunggu-tunggu dari 1 tahun yang lalu, dan akhirnya Tuhan menjawab doaku :D. Yess, Lampung. Provinsi yang terletak di ujung Selatan pulau Sumatera. Aku mengincar Lampung karena beberapa orang temanku yang anak pecinta alam ngomong kalau alam di Lampung indah banget, terutama pantainya. Aku juga penasaran karena belum pernah menginjakan kaki di Sumatera (salah satu pulau yang menjadi target petualanganku :D). Perjalanan kali ini sangat special karena tidak hanya sekedar jalan-jalan saja. Kami menyebutnya “mission trip”, pelayanan gereja yang bertepatan pada hari Paskah kemaren yang direkomendasikan oleh salah seorang temenku. Setelah beberapa kali latihan, berangkatlah aku dan rombongan menuju Lampung via Merak-Bakauheni pada tanggal 21 April 2011 (sekitar jam 20.30 dan sampai di Lampung pada keesokan harinya, 22 April 2011 (sekitar jam 04.30 WIB).
Sebelumnya juga mohon maaf ni kalau di hasil fotoku ada jarring laba-labanya alias JAMUR!!! Aku belum sempet untuk bawa lensaku ke “dokter” soalnya :p. .
rumah kedua yang setia menemani
Perjalanan sempat tersendat di tol dalam kota karena superb macet. Begitu sampai di pelabuhan Merak aku teringat akan euphoria Sail Banda, bagaimana asiknya tinggal di dalam kapal selama 20 hari. Jadi kesempatan kali ini aku manfaatkan untuk “mengenang” saat2 itu aja. Walaupun malam hari aku tetap memilih untuk berada di tempat menunggu yang luar, kangen sama angin laut :p. Akupun berusaha sebisa mungkin beradaptasi dengan lingkungan. Waktu itu ada anak kecil muntah deket bangku yang kududuki, ah santai aja mungkin yang sedikit kesulitan adalah waktu aku tidur di kursi. Karena selain kursinya terpisah2 (jd ganjel di tulang :p) aku yang kala itu menyenderkan kaki di pager pembatas bawaannya suggest  mau nyemplung terus, haha. Aku terbangun ketika mendengar klakson kapal yang dibunyikan. Ketika melihat sekeliling (sekalipun itu gelap) aku samar-samar melihat pulau seperti bukit gitu yang mirip sama Pulau Gunung Api di Banda Neira, jadi tambah sedih deh T_T. kami segera bergegas turun untuk melanjutkan perjalanan ke Tanjung Karang. Aku melintasi Jalan Lintas Sumatera, amazing banget pemandangan disana dan apa aja yang lewat di jalan itu, truck-truck teronton yang saling salip, bah olahraga jantung di pagi-pagi buta.
pemandangan dari atas perahu
Singkat cerita kami disambut dengan sangat baik oleh teman-teman di Lampung, salah satu teman kami yang bernama Ricky mengantarkan kami jalan-jalan (wuasiik) ke pantai!. Namanya pantai Mutun. Letaknya ± 25 km arah Barat Daya dari pusat kota Bandar Lampung. Harga tiket masuknya adalah Rp 5.000/orang dan Rp 10.000/mobil. Pada saat itu masih terlihat sepi sekali. Begitu aku keluar dari mobil jujur aku merasa kurang pas jika ingin berenang di pinggiran dermaga yang ada “kapal karamnya”, karena bau anyir ikan yang menyengat tercium yang artinya kurang bagus untuk kesehatan kulit juga. Selain itu juga banyak kapal kecil yang “parkir” kurang pas aja kalau berenang disana, kecuali hanya sekedar main air. Akhirnya ada seorang bapak yang merupakan “pengendara” perahu menawarkan jasanya, dan ia memberikan pilihan untuk main ke Pulau Tangkil saja. Secepat kilat aku langsung bertanya “bisa snorkeling nggak pak?” haha, dan ternyata bisa, langsung saja aku menyetujui jika temen-temenku yang lain mau. Kami akhirnya naik perahu si bapak dan temennya, karena tidak muat jika masuk 1 perahu (kapasitas perahu maksimal 15 orang) dan segera menuju pulau Tangkil. Kalau nggak salah kami berhasil menawar Rp 150.000 untuk 2 perahu, hihihi. Begitu naik aku memilih untuk duduk paling ujung karena ingin mengambil foto pemandangan. Soo gooood deh yaa, dari kejauhan terlihat perbukitan yang masih diselimuti kabut dan semakin mengingatkanku saat aku mengelilingi Pulau Gunung Api di Banda Neira.
bias warna air laut  di Pulau Tangkil
Tibalah kami di Pulau Tangkil, dari jauh aja aku sudah melihat banyak ikan-ikan yang berseliweran. Warna bias air juga terbagi atas 3 lapis. Biru tua untuk perairan yang lebih dalam, biru muda (lebih ke tosca) untuk yang lebih dangkal dan yang bening ketika mendekati daratan. Aku langsung ngacir ke tempat penyewaan alat snorkeling dan ternyata ke-3 temenku mau ikutan. Harga sewanya cukup murah yaitu Rp 30.000 yang berhasil ditawar jadi Rp 25.000/jam untuk goggle, fin dan pelampungnya. Mulailah kami berngapung-ngapung ria. Awalnya sih masih becanda-canda dan sempet BT karena alat snorkelnya copot terus (huh! Jadi pengen nabung buat beli alat sendiri deh) tapi semakin ketengah kami semakin menikmati pemandangan yang kami liat. Walaupun nggak “wah” banget dan agak kotor di sisi pulau sebelah kanan honesty aku cukup senang kog. Ngeliat ikan-ikan beraktivitas dan ada banyak karang dan anemon laut. Merasa kurang puas akhirnya aku pindah spot ke muka pulau tempat perahu datang. Waw waw waw! Baru aja aku mencelupkan muka, ratusan ikan kecil berwarna putih lewat didepan mukaku. Ada juga ikan yang berwarna biru, hijau tosca, jingga sampai neon pink! Pulang dari sana kami menyempatkan diri untuk belanja oleh-oleh yaitu kripik pisang dengan taburan bubuk aneka rasa, yummy!
kepadatan penumpang ferry di pelabuhan Bakauheni
Akhirnya pada tanggal 24 April 2011 kami kembali ke Jakarta dikarenakan berakhirnya liburan panjang kami J. Terjadi antrian yang cukup panjang di pelabuhan Bakauheni, kami harus mengantri kira-kira 1 jam sebelum masuk kapal, dan luckily mobil kita adalah mobil terakhir yang masuk ke dalam ferry sebelum berangkat, nggak kebayang deh kalau harus nunggu 1 jam lagi. Soalnya cuaca saat itu sangat sangat sangat panas sekali :p. ketika kapal mulai berangkat aku duduk dipinggir dinding kapal dan menikmati pemandangan selat Sunda. Dari jauh aku masih sempat melihat pantai Mutun dan pulau Tangkil J. Ada beberapa pulau yang seperti “menarikku” untuk kesana, kapan lagi yaa bisa jelajah kesana? I won’t forget you Lampung and I can’t wait to see you soon J

Tips :
- Hati-hati bagi temen-temen yang berkendara khususnya motor di Jalan Lintas 
   Sumatera, karena banyak teronton yang lewat
- Waktu di Pulau Tangkil lebih baik membawa perbekalan sendiri (makanan dan 
   minuman) karena disana cukup mahal harganya.
- Kalau ingin pinjam alat snorkel jangan lupa untuk dicuci dulu, karena itu kan dari 
  mulut ke mulut, lebih baik sih punya sendiri *langsunglirikdompet :p
- Banyak minum air putih atau air isotonik agar tidak dehidrasi, pakai topi atau 
  pelindung kepala dan memakai pakaian kasual.

Biaya :
        Sebenarnya aku mengumpulkan dana secara kolektif sebesar Rp 150.000 untuk biaya selama perjalanan. Disana kami juga nginep di gereja. Aku hanya merincikan biaya saat dari Pantai Mutun ke Pulau Tangkil. So far masih terjangkau kog J

Dokumentasi lain :
papan informasi Pulau Tangkil
ombak yang tenang, air laut yang jernih dan ikan yang sangat banyak! wanna some more :D
Gradasi warna muka, tangan dan kaos
sendal baaruuuu (sendal joger kaos jogja celana carita) souvenir berjalan
pulau-pulau disekitar pelabuhan Bakauheni
pulau Sumatera dilihat dari kejauhan *Selat Sunda
MY FAVORITE!! <3
See you on my next journey







*next posting “Unforgettable Karimun Jawa (Day I)